Minggu, 23 April 2017
Contoh Soal MTPK Kasus 1
PT. Alam Sakti memiliki komposisi ternak di kandang sebagai
berikut:
- Induk dewasa : 70 ekor
- Dara umur 1 – 2 tahun : 16 ekor
- Dara umur 2 – 3 tahun : 14 ekor
- Pejantan dewasa : 3 ekor
- Pejantan calon pengganti umur 1 tahun : 1 ekor
- Lepas sapih dalam 1 tahun : 50 ekor
- Induk bunting gagal melahirkan : 8 ekor
- Jumlah pedet sebelum sapih : 2 ekor
Masalah yang dihadapi:
Rendahnya jumlah anak lepas sapih dalam
setahun yaitu hanya mampu menghasilkan 50 ekor sedangkan jumlah indukannya pada
PT. Alam Sakti mencapai 70 ekor, dengan kondisi tersebut seharusnya mampu
menghasilkan jumlah anak lepas sapih 70 ekor. Hal tersebut dikarenakan rasio
jumlah anak yang dilahirkan dalam sekelahiran yaitu 1 ekor dengan perbandingan
50 jantan dan 50 betina.
Penyebabnya:
S/C yaitu dinilai dari tingkat
keberhasilannya saat pejantan mengawini betina, sebab jumlah pejantan dengan
indukan tidak seimbang yaitu 3 ekor pejantan dan 70 ekor betina sehingga akan
mengakibatkan penurunan tingkat keberhasilannya perkawinannya
Penanggulangannya:
PT. Alam Sakti harus lebih memperhatikan
lagi antara jumlah ternaknya dan memperbaiki performans untuk pejantannya.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE PENYULUHAN
Penyuluhan merupakan
suatu kegiatan mendidik orang atau kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mengubah
perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan/ dikehendaki sehingga orang semakin
modern. Hal ini merupakan usaha mengembangkan atau memberdayakan suatu potensi
individu klien agar lebih berdaya secara mandiri (Mardikanto, 1992). Menurut
Slamet (1992) bahwa penyuluhan pertanian memiliki peranan yang penting, yaitu
sebagai kegiatan yang merupakan katalis, pendamping, perantara, dan penemu
solusi bagi pembangunan pertanian. Keberhasilan suatu penyuluhan pertanian
ditentukan oleh profesionalitas penyuluh yaitu yang memiliki tugas utama
sebagai pembimbing, pendorong, motivator, komunikator, dan lain-lain. Suatu kegiatan
penyuluhan pertanian pada intinya adalah pembinaan terhadap masyarakat yang
tergabung dalam kelompok tani, harus ditata dan dikembangkan sedemikian rupa
agar harapan mereka dapat terpenuhi sebagai mana mestinya. Penyuluh pertanian
jelas tidak dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi oleh para petani
karena pengetahuan dan wawasan yang dimiliki oleh penyuluh pertanian terbatas.
Untuk itu kegiatan penyuluhan pertanian harus diikuti dengan kualitas pelayanan
penyuluh dalam memberikan materi terhadap petani (Padmanagara, 1973).
Menurut Slamet (2005)
bahwa metode penyuluhan individu ditujukan kepada individu-individu petani yang
memperoleh perhatian secara khusus dari petugas penyuluh.
Kelebihan metode individu adalah :
1.
Adanya partisipasi aktif dari individu.
2.
Umpan balik dapat diperoleh secara langsung dari
petani.
3.
Topik pembahasan langsung ke permasalahan spesifik
yang dihadapi individu petani.
4.
Hasil akhir merupakan integrasi informasi dari petani
dan penyuluh.
5.
Petani akan merasa diperhatikan lebih sehingga
mempunyai motivasi tinggi.
Kelemahan metode individu adalah :
1.
Sasaran target sangat sempit.
2.
Biaya perkapita penyuluhan sangat tinggi.
3.
Memungkinkan adanya rasa kecemburuan dari petani lain.
4.
Umpan balik dari petani kurang lengkap, karena hanya
dari satu orang petani.
5.
Topik penyuluhan bukan merupakan pemecahan masalah
bersama, akan tetapi lebih ke masalah individu petani.
Menurut Setiana (2005) bahwa metode
penyuluhan kelompok atau group approach merupakan suatu penyuluh yang berhubungan dengan sasaran
penyuluhan secara kelompok. Metode ini lebih menguntungkan
karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi
kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para
anggotanya.
Kelebihan metode penyuluhan kelompok:
1.
Relatif lebih efisien, pertanian berkelompok.
2.
Komunikator tidak tersamar
Kelemahan metode penyuluhan kelompok:
1.
Masalah pengorganisasian
2.
Pendekatan aktifitas pembentukan kelompok bersama
3.
Kesulitan dalam pengorganisasian aktivitas diskusi
4.
Memerlukan
pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis
Menurut Van den Ban dan Hawkins
(1999) bahwa metode penyuluhan massal merupakan suatu metode penyuluhan yang dapat
menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak.
Kelebihan metode penyuluhan massal:
1.
Tidak terlalu resmi, pertanian massal
2.
Penuh kepercayaan
3.
Langsung dapat dirasakan
Kelemahan metode penyuluhan massal:
1.
Memakan waktu lebih banyak
2.
Biaya yang dikeluarkan lebih besar
3.
Bersifat kurang efisien terhadap pengaruhnya
Menurut Sirait (2006) bahwa penyuluh
partisipatif merupakan suatu penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up)
untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan
dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali
potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang
ditemukan. Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para
penyuluh pertanian akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi
pertanian setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh
maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh
pertanian dan petani, melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi
permasalahan usahatani di lapangan.
Kelebihan metode penyuluhan
partisipatif:
1.
Melibatkan partisipasi penuh dari masyarakat.
2.
Pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up)
untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri.
3.
Mendorong inisiatif positif para penyuluh maupun
petani.
4.
Memberikan motivasi bagi penyuluh.
Kelemahan
metode penyuluhan partisipatif:
1.
Membutuhkan waktu yang relative lebih lama.
2.
Pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
REFERENSI
Mardikanto,
T. 1992. Penyuluhan Pengembangan Pertanian. Sebelas Maret Press,
Surakarta.
Padmanagara,
S. 1973. Membina Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Setiana. L.
2005. Teknik Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia, Bogor.
Sirait, T.
2006. Penyelenggaraan Penyuluhan Sistem Partisipatif di Simalungun. Edisi 2-8
Agustus 2006 Tahun XXXVI. Sinar Tani, Sumatera Utara.
Slamet, M.
1992. Perspektif Ilmu Penyuluhan dan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal
Landas dalam Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad XXI. PT.
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta.
Slamet, M.
2005. Teori Organisasi dan Kelompok. Institut Pertanian, Bogor.
Van den Ban,
A.W dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)